Sabtu, 20 September 2014

Tiga Hati, Tiga Pikiran

Mungkin sudah berkali-kali nulis tentang mereka, tapi saya tidak pernah puas untuk menulis tentang mereka, menulis betapa bersyukurnya saya memiliki mereka.

Sherly dan Silvi. sahabat terbaik menurut versi saya yang tak akan bisa tergantikan oleh siapa pun. Walau waktu mereka buat saya tidak 24/7, tapi mereka selalu ada di hati dan pikiran saya 24/7. Walau saya sudah curhat dengan teman yang lain tentang masalah saya, tapi kalau saya belum cerita tentang masalah saya dengan mereka, saya belum merasa lega. Saya tetap merasa ada yang mengganjal.

Waktu saya SD, saya mengenal Silvi lebih dulu, karena saya dan Silvi ternyata satu kelas sejak kelas 1 SD, hanya berpisah saat kelas 5 SD, kelas 6 kami bertemu kembali. Awalnya saya mengira, Silvi buka sahabat saya. namun waktu menjawab, saat kelas 1SMP, kami berdua kembali satu kelas, saat itu kami juga sekelas dengan Sherly. awal mulanya kami ini ber 4. Saya, Silvi, Sherly dan Cici. tetapi entah seleksi alam, Cici tidak bertahan sampai sekarang.

Saat SMA, saya memutuskan untuk masuk SMA negeri, mengikuti jejak cece saya. juga untuk mendapatkan kemudahan untuk masuk ke Universitas. Saya harus berpisah dengan Silvi dan Sherly. awal nya berat, saya pikir hubungan pertemanan ini akan merenggang, lalu berpisah, jalan masing-masing, atau saya akan terkena seleksi alam juga.

Ternyata tidak, walau beda SMA, saya tetap eksis di antara teman-teman saya yang sekolah di SMA Katolik. waktu SMA, tepatnya SMA kelas 2 akhir sampe kelas 3 awal, heboh-heboh nya pesta sweet 17 th. sampe tiap bulan, tiap malam minggu atau malam sabtu, selalu ada undangan sweet 17th. Saya masih bertemu mereka, Silvi dan Sherly. Saya tersadar, jarak tidak membuat hubungan kami putus.

Namun, saat mau Kuliah, saya dan Sherly sudah pasti akan kuliah di Surabaya, di Universitas Kristen Petra lebih tepatnya, saat itu Silvi masih tidak tahu Kuliah dimana. beberapa hari sebelum keberangkatan perdana saya dengan Sherly, kami membuat perpisahan kecil-kecilan dengan Silvi di salah satu basecamp (rumah sherly) kita.

Awalnya kita ngomongin orang, ngetawain. sampai akhirnya mau pulang, baru deh pelukan sedih-sedih. silvi kasi semacam kado perpisahan. saya sedih.  saya rasa tentu sherly juga merasakan rasa yang sama, Samarinda-Surabaya tidaklah dekat. kami berjanji tetap berhubungan.

kalau tidak salah, tepat saat saya dan sherly berangkat, silvi mengatakan bahwa dia akan kuliah di Universitas Surabaya, kami yang mendengarnya merasa sangat senang. kami akan berkumpul kembali. walau tidak satu kampus, tapi satu kota, kemungkinan bertemu lebih mudah.

awal kuliah, kami jarang bertemu, karena kendala kendaraan, jadwal kuliah yang masih padat, serta perlu adaptasi. Sherly, yang mengambil jurusan Arsitektur, lebih sibuk di banding saya yang mengambil jurusan Akuntansi dan Silvi yang mengambil jurusan Hukum. awal kuliah, saya lebih sering jalan dengan Silvi. kalau mau jalan sama Sherly, janjiannya haru satu minggu sebelum jalan.

sampai saat ini, kebiasaan itu tidak berubah, walau kadang ada perselisihan kecil. ada beberapa hal yang Sherly tidak ceritakan pada kami, dan aku tetap menghargai privacy nya. Silvi yang kalau tersinggung hanya bisa diam, serta saya yang gamoang emosian.

Sebenarnya kami cukup labil, tapi entah mengapa, saat aku bersama mereka, aku merasa aku bisa jadi diriku seutuhnya, aku bisa tertawa lebih lepas dari biasanya. bisa menjadi gila bersama. aku merasakan pertemanan yang sesungguhnya. kami saling support. saling menghargai keputusan satu sama lain.

aku sayang sekali dengan mereka, aku selalu bermimpi, semoga kelak, saat kami sukses, kami bisa tetap seperti sekarang. bermain bersama. tetap ada waktu bersama bertiga. mungkin kami bisa liburan bertiga .

"kita itu, sudah bukan tentang aku dan kamu, bukan untuk berdua, tapi untuk bertiga. Tiga hati, Tiga pikiran" 



Salam Hangat,


LiliCH 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar